C2O Library, Oase Kecil di tengah Deru Panas Surabaya

zdzlv
5 min readMay 3, 2017

--

tampak depan C2O (dok resmi C2O.net)

Jadi setelah sekian lama absen dari dunia permediuman, saya kembali bawa oleh-oleh. Alakadarnya saja, tetapi semoga suka.

***

Sejak minggu pertama tinggal di kota yang terkenal panas ini, ada satu hal yang terus menjangkiti saya — di luar merutuki panas itu sendiri: harus kemanakah saya menghabiskan akhir pekan?

Jawaban simpelnya mungkin tiga:

Menghabiskan series 1–2 season sekaligus seperti yang biasa saya lakukan di rumah — netflix and chill kalo kata milenial mah. Tapi kemudian saya ditoyor Tuhan:

“kosan kamu kan tidak bebas internet goblok,”

Jadi bagaimana saya mau sok-sokan netflix and chill aka ndusel males-malesan???

Okelah kalau begitu saya bisa berakhir pekan dengan lari 10x putaran di Taman Bungkul agar bisa produktif berkeringat— karena memang tidak ada yang dilakukan selain lari (ketahuilah Taman Bungkul tidak menjanjikan aktivitas apapun selain enak buat lari dan menongkrongi mbak-mbak dan mas-mas Grap#ari Telk*#omsel buat ngemis kuota 4G).

Tapi boro-boro lari 10x putaran, tidur malam hari saja bangun-bangun keringat doang. Lari-lari di Surabaya yang panasnya saya bingung dari mana itu bukan ide baik kecuali kamu memang niat menguras habis ion-ion dalam tubuh. Silakeun.

Atau yang terakhir.. saya bisa menyambangi pusat perbelanjaan yang berjejer tiap 1 km sekali. Yang satu ini lebih-lebih Allahuakbar. Saya sampai sekarang masih tidak habis pikir kenapa Surabaya dianugerahi mall sebanyak itu. Seumur-umur hidup, ada dua hal yang cuma saya lakukan saat tawaf di mall: menyatroni 21 dan membeli kebutuhan pribadi — benar2 sesuai kebutuhan — dalam artian tidak keluar masuk setiap toko sembari nenteng kantong belanjaan segaban-gaban.

Mungkin karena bosan mendengar saya merengek, akhirnya Tuhan memberi jawaban tepat pada hari Sabtu — yang maaf saya lupa tanggal berapa.

Mari Tenggelam di Lautan ‘Karbondioksida’

Jumat lalu tim redaksi di kantor kebetulan sedang hendak membicarakan project bulanan. Saat bingung menentukan tempat, ada satu teman yang nyeletuk

“Kenapa ga di C2O aja?”

Ah, pasti another fancy thing di Surabaya, pikir saya saat itu. Tapi ketika kemudian kami sepakat untuk bertemu di sana, saya cukup amazed dan buru-buru menghapus pikiran pertama saya ketika mendengar namanya pertama kali. Its not another fancy thing in Surabaya.

Its absolutely not.

Beberapa merchandise lain yang di jual di C2O (dok. pribadi)
Koleksi cd musisi indie yang dijual. Ada pula vinyl Lokananta, sayang tidak saya sempat saya fotokan (dok. pribadi)

Yang pertama kali saya temukan saat itu adalah rumah kecil yang terasa akrab. Dengan pustakawan murah senyum dan bersahabat. Di lantai bawah, kita akan segera disambut oleh rak penuh berisi buku, zine, dan cd maupun vinyl dari banyak musisi indie (bukan, saya bukan fanatik skena).

salah satu pojok depan C2O
Penampakan koleksi buku mantap C2O dan tangga menuju Co-working Space

Beberapa foto di atas adalah gambaran kecil tentang isi C2O yang sempat saya abadikan. Banyak buku langka yang bisa ditemukan di sini, terutama buku karya penulis luar atau buku lama yang sudah tidak cetak ulang. Saya cukup gregetan sebetulnya saat melihat rak sejarah, karena banyak buku langka yang saya cari mati-matian dulu saat mengerjakan skripsi justru ada di sini huhu.

Kembali lagi, buku ini bebas dibaca di tempat oleh siapapun yang berkunjung ke sini. Tanpa dipungut biaya. Namun jika hendak meminjam dan di bawa pulang, pengunjung harus terlebih dahulu menjadi member perpustakaan dengan biaya pendaftaran 50.000 pertahun. Selain itu, terdapat pula buku-buku khusus yang tidak dapat dibawa pulang alias harus dibaca di tempat. Biasanya buku tersebut merupakan buku yang masih banyak beredar di pasaran, atau justru benar-benar langka dan tidak cetak ulang.

Selain menyediakan koleksi buku, C2O juga memiliki ruangan yang dikhususkan untuk working space, dengan biaya per orang 10.000/2 jam. Ruangan ini cocok untuk yang hendak mengerjakan tugas kuliah atau kantor, dengan fasilitas internet, free kopi, teh, dan air putih. Ruangannya yang bernuansa retro dan hommy membuat saya betah berlama-lama, terutama di waktu-waktu menjelang sore.

Pojok favorit. Wah stiker Disegel kebanggaan saya eksis sampai Sby wkwkwk (dok. pribadi)

Over all, saya suka sekali tempat ini. Sejak pertama kali menginjakkan kaki, insting saya sudah mengatakan kalau tempat ini bukan saja perpustakaan biasa, melainkan juga kandang bagi banyak komunitas. Dan hal tersebut terbukti benar setelah kemudian ngobrol-ngobrol bersama Mbak Galuh, salah satu pustakawan di sini.

Ternyata sejak didirikan tahun 2008, C2O sudah bertekad mengajukan diri sebagai wadah bagi banyak aktivitas kreatif: mulai dari seminar dan talkshow, diskusi dan screening film, FGD, artist talk, performance live music, dan banyak lagi. Bahkan ia juga bekerjasama dengan Warung Hati, sebuah project penjualan variasi makanan sehat yang diolah dari kebun organik sendiri.

Bagi saya dan mungkin banyak orang lainnya, C2O seperti oase di tengah bising dan panasnya Surabaya. Tempat di mana kita bisa tenggelam selama mungkin dalam puluhan lusin ‘karbondioksida’ yang baik. Dan wadah tepat bagi saya yang selalu bingung hendak menghabiskan akhir pekan kemana.

Nah pokoknya, kalo main-main ke Surabaya jangan lupa mampir ya!

Surabaya, 4 Mei. 12:17 AM.

--

--

zdzlv
zdzlv

No responses yet